Pendahuluan
Indonesia menyumbang sekitar 10% dari total sampah plastik laut global. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara kedua terbesar penyumbang polusi plastik di lautan (World Bank, 2021). Salah satu jenis plastik yang dominan adalah polietilen tereftalat (PET). Upaya konvensional seperti daur ulang mekanis memiliki banyak keterbatasan, sehingga alternatif solusi dari bioteknologi tidak kalah diminati. Di sinilah bakteri pemakan plastik dan enzim PETase berperan.
Ideonella sakaiensis: Bakteri Penghancur PET
Pada 2016, peneliti Jepang menemukanIdeonella sakaiensis, bakteri yang mampu mendegradasi PET menjadi monomer asam tereftalat dan etilena glikol melalui dua enzim kunci: PETase dan MHETase (Yoshida et al., 2016). Bakteri ini mengkolonisasi permukaan plastik, mengeluarkan PETase untuk memutus ikatan ester dalam polimer PET, lalu MHETase melanjutkan hidrolisis menjadi substrat yang dapat dimetabolisme (Taniguchi et al., 2019). Proses ini mengubah plastik dari polimer inert menjadi sumber karbon dan energi bagi mikroba.
Mekanisme PETase: Dari Struktur ke Fungsi
PETase termasuk dalam kelas enzim hidrolase yang bekerja pada ikatan ester. Struktur kristalografinya mengungkapkan sisi aktif yang lebih luas dibandingkan enzim sejenis, memungkinkan pengikatan substrat PET yang kaku (Austin et al., 2018). Mutasi pada residu tertentu (misalnya S238F/W159H) meningkatkan efisiensi enzim hingga 20 kali, seperti yang dilaporkan dalam rekayasa protein berbasismachine learning (Lu et al., 2022). Kemampuan ini menjadikan PETase kandidat utama untuk aplikasi bioremediasi skala industri.
Relevansi dengan Lingkungan Indonesia
Indonesia menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik per tahun, dengan hanya 10% yang terdaur ulang (NPAP, 2021). Teknologi berbasis PETase menawarkan solusi untuk mengatasi akumulasi sampah di lokasi sulit seperti sungai Citarum atau pesisir Jakarta. Peneliti dari LIPI telah mengeksplorasi potensi mikroorganisme lokal, seperti konsorsium bakteri dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, yang menunjukkan aktivitas degradasi plastiklow-density polyethylene (LDPE) (Suryanto et al., 2020). Integrasi PETase rekayasa genetika dengan mikroba indigenous dapat mempercepat adaptasi teknologi ini di ekosistem tropis Indonesia.
Tantangan dan Peluang Pengembangan
Meski menjanjikan, beberapa tantangan masih menghambat aplikasi skala besar:
- Efisiensi: Degradasi PETase alami membutuhkan waktu minggu hingga bulan untuk menghancurkan lapisan tipis PET.
- Stabilitas Enzim: Aktivitas PETase menurun drastis di suhu di atas 40°C, yang kurang ideal untuk iklim Indonesia (Tournier et al., 2020).
- Aspek Regulasi: Penggunaan mikroba hasil rekayasa genetika (GMO) memerlukan kajian risiko ekologi yang ketat (Wierckx et al., 2021).
Upaya kolaboratif antara pemerintah, akademisi (misalnya Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor), dan industri seperti PT Chandra Asri Petrochemical mulai mengembangkan bioreaktor berbasis enzim untuk daur ulang kimia plastik. Model ekonomi sirkuler ini sejalan dengan target RPJMN 2020-2024 untuk mengurangi sampah plastik laut hingga 70% (Kementerian PPN/Bappenas, 2020).
Masa Depan Bioremediasi Plastik
Inovasi terkini sepertifusion enzyme (PETase-MHETase) dan immobilisasi enzim pada nanopartikel magnetik meningkatkan stabilitas dan reusabilitas enzim (Chen et al., 2023). Di Jerman, perusahaan Carbios telah membangun pabrik daur ulang PETase skala komersial pertama—model yang dapat diadopsi Indonesia dengan memanfaatkan limbah botol plastik sebagai bahan baku.
Kesimpulan
Bakteri pemakan plastik dan enzim PETase merepresentasikan terobosan bioteknologi yang selaras dengan prinsip ekonomi hijau. Untuk Indonesia, teknologi ini bukan hanya solusi ekologi, tetapi juga peluang membangun industri daur ulang bernilai tinggi. Sinergi antara riset mikrobiologi, kebijakan lingkungan, dan partisipasi masyarakat menjadi kunci transformasi sampah plastik dari ancaman menjadi sumber daya.
Referensi
- Austin, H. P., et al. (2018).Characterization and engineering of a plastic-degrading aromatic polyesterase. PNAS, 115(19), E4350-E4357.
- National Plastic Action Partnership (NPAP). (2021).Roadmap Indonesia untuk Pengurangan Sampah Plastik.
- Yoshida, S., et al. (2016).A bacterium that degrades and assimilates poly(ethylene terephthalate). Science, 351(6278), 1196-1199.
- Suryanto, D., et al. (2020).Screening of Polyethylene Degrading Bacteria from Bantar Gebang Landfill. Jurnal Biodjati, 5(2), 234-241.
- Tournier, V., et al. (2020).An engineered PET depolymerase to break down and recycle plastic bottles. Nature, 580(7802), 216-219.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi tim kami di AVIDA Bioscience!