Pendahuluan

Selama Ramadhan, takjil biasanya dibungkus menggunakan plastik konvensional yang tidak dapat terurai. Plastik sintetis seperti polietilen (PE) dan polipropilen (PP) membutuhkan waktu hingga 500 tahun untuk terdegradasi, sehingga plastik dapat mencemari lingkungan dan mengancam ekosistem (Ritchie & Roser, 2018). Bioplastik hadir sebagai solusi karena dapat terdegradasi dengan lebih cepat. Artikel ini mengulas potensi bioplastik sebagai kemasan takjil berkelanjutan dari perspektif biologi.

Apa Itu Bioplastik?

Bioplastik merupakan polimer yang berasal dari sumber terbarukan (misalnya pati, selulosa, atau asam polilaktat/PLA) atau hasil sintesis mikroorganisme (seperti polihidroksialkanoat/PHA) (European Bioplastics, 2022). Berbeda dengan plastik konvensional berbasis minyak bumi, bioplastik dapat bersifat biodegradable atau compostable, tergantung struktur kimianya. Contohnya, PLA dari fermentasi glukosa jagung terurai 80% lebih cepat dalam kondisi kompos industri dibandingkan PE (Groot et al., 2010).

Keunggulan Bioplastik dalam Kemasan Takjil

  1. Biodegradabilitas: Bioplastik seperti PHA dan pati termodifikasi dapat terurai dalam 6–24 bulan di lingkungan tanah atau laut, mengurangi risiko mikroplastik (Tokiwa et al., 2009).
  2. Jejak Karbon Rendah: Produksi PLA menghasilkan 60% lebih sedikit emisi CO₂ daripada plastik sintetis (Hermann et al., 2011).
  3. Kompatibilitas dengan Makanan: PLA memiliki sifat penghalang kelembapan yang baik, cocok untuk kemasan kue atau kurma (Auras et al., 2004).

Tantangan dan Prospek Pengembangan

Meski menjanjikan, bioplastik masih menghadapi kendala:

  • Biaya Produksi Tinggi: Harga PHA 2–3 kali lebih mahal daripada plastik konvensional (Chen & Patel, 2012).
  • Infrastruktur Kompos Terbatas: Bioplastik compostable memerlukan fasilitas pengomposan bersuhu tinggi (>50°C), yang belum tersedia merata di Indonesia.
  • Potensi Kontaminasi: Jika tercampur dengan plastik konvensional, bioplastik dapat mengganggu proses daur ulang (Rujnić-Sokele & Pilipović, 2017).

Upaya kolaborasi antara peneliti, industri, dan pemerintah diperlukan untuk meningkatkan skala produksi dan edukasi masyarakat. Inovasi seperti bioplastik dari limbah pertanian (sekam padi, kulit singkong) juga tengah dikembangkan di Indonesia (Suryanegara et al., 2020).

Penutup

Bioplastik menawarkan alternatif berkelanjutan untuk mengurangi dampak lingkungan kemasan takjil. Meski belum sempurna, kemajuan bioteknologi dan ekonomi sirkular berpotensi mengatasi hambatan saat ini. Sebagai konsumen, kita bisa mendukung dengan memilih produk ramah lingkungan dan mendorong kebijakan hijau.

Referensi:

  • Auras, R., et al. (2004).Macromol. Biosci.
  • Chen, G.Q., & Patel, M.K. (2012).Chem. Rev.
  • European Bioplastics (2022).Bioplastics Market Data.
  • Hermann, B.G., et al. (2011).Biofuels, Bioprod. Bioref.
  • Suryanegara, L., et al. (2020).J. Environ. Chem. Eng.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi tim kami di AVIDA Bioscience!

Leave A Comment

2025
Best Provider for RUO Products
AVIDA Bioscience

Accelerate Your Research