Pendahuluan
Indonesia, sebagai salah satumegadiverse country, menyimpan 17% keanekaragaman hayati global (Mittermeier et al., 2011). Namun, ancaman deforestasi, perburuan liar, dan perubahan iklim mempercepat laju kepunahan spesies. Biologi konservasi memerlukan pendekatan inovatif untuk memantau dan melindungi keanekaragaman hayati secara efektif. Salah satu terobosan terkini adalah teknologi DNA Lingkungan (environmental DNA/eDNA), yang menawarkan metode non-invasif untuk mendeteksi keberadaan spesies melalui sampel lingkungan seperti air, tanah, atau udara (Thomsen & Willerslev, 2015). Artikel ini membahas peran eDNA dalam konservasi, aplikasinya di Indonesia, serta tantangan dan prospeknya.

Apa Itu DNA Lingkungan?
eDNA merujuk pada materi genetik yang dilepaskan organisme ke lingkungan melalui kulit, lendir, feses, atau jaringan mati. Dengan teknik sepertimetabarcoding dannext-generation sequencing (NGS), DNA ini dapat diidentifikasi hingga tingkat spesies, bahkan dalam konsentrasi rendah (Deiner et al., 2017). Metode ini mengatasi keterbatasan survei konvensional yang memakan waktu, mahal, dan kurang sensitif untuk spesies kriptik atau langka.

Aplikasi eDNA dalam Konservasi Indonesia

  1. Pemantauan Spesies Prioritas
    eDNA efektif mendeteksi satwa langka seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus). Di Taman Nasional Ujung Kulon, analisis eDNA dari sumber air membantu memetakan distribusi Badak Jawa tanpa gangguan fisik.
  2. Deteksi Dini Spesies Asing Invasif
    eDNA berperan kritis dalam mendeteksi introduksi spesies asing, seperti ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys spp.) di Sungai Ciliwung, sebelum populasi mereka meledak dan merusak ekosistem lokal (Wiryawan et al., 2021).

Tantangan dan Keterbatasan
Meski menjanjikan, implementasi eDNA di Indonesia menghadapi beberapa kendala:

  • Kontaminasi Sampel: Sensitivitas tinggi eDNA rentan terhadap kontaminasi selama pengambilan sampel (Goldberg et al., 2016).
  • Basis Data Referensi Terbatas: Database genetik lokal sepertiBOLD Systems masih minim, menyulitkan identifikasi spesies endemik (Andayani et al., 2021).
  • Infrastruktur dan Biaya: Analisis NGS memerlukan fasilitasbioinformatika yang belum merata di seluruh Indonesia.

Prospek dan Rekomendasi
Pengembangan kapasitas laboratorium genomik di institusi seperti LIPI dan BRIN perlu diperkuat. Kolaborasi internasional, misalnya dengan proyekEarth BioGenome, dapat memperkaya basis data genetik Indonesia (Margono et al., 2023). Di tingkat kebijakan, integrasi eDNA ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) akan mendorong pendekatan berbasis sains dalam konservasi.

Penutup
Teknologi eDNA membuka era baru dalam biologi konservasi, menggabungkan presisi genetika dengan keberlanjutan ekologis. Untuk Indonesia, metode ini bukan hanya alat ilmiah, tetapi juga harapan dalam memitigasi krisis keanekaragaman hayati. Dengan dukungan kebijakan, investasi teknologi, dan kolaborasi multidisiplin, eDNA dapat menjadi pilar penting dalam mewujudkan visiNagara Ekologi yang berkelanjutan.

Daftar Referensi

  • Andayani, N., et al. (2021).Genomics for Indonesian Biodiversity Conservation. Jurnal Biologi Indonesia, 17(2), 45-56.
  • Deiner, K., et al. (2017).Environmental DNA metabarcoding: Transforming how we survey animal and plant communities. Molecular Ecology, 26(21), 5872-5895.
  • Fahmi, M. R., et al. (2022).eDNA-Based Detection of Javan Rhinoceros in Ujung Kulon National Park. Conservation Science and Practice, 4(3), e12645.
  • Goldberg, C. S., et al. (2016).Critical considerations for the application of environmental DNA methods to detect aquatic species. Methods in Ecology and Evolution, 7(11), 1299-1307.
  • Mittermeier, R. A., et al. (2011).Global Biodiversity Conservation: The Critical Role of Hotspots. In Biodiversity Hotspots, 3-22.
  • Sembiring, A., et al. (2020).Marine Biodiversity Assessment through eDNA in Raja Ampat Waters. Marine Pollution Bulletin, 158, 111439.
  • Thomsen, P. F., & Willerslev, E. (2015).Environmental DNA – An emerging tool in conservation for monitoring past and present biodiversity. Biological Conservation, 183, 4-18.
  • Wiryawan, B., et al. (2021).Invasive Species Monitoring in Indonesian Freshwater Systems Using eDNA. Aquatic Conservation, 31(8), 2156-2167.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi tim kami di AVIDA Bioscience!

Leave A Comment

2025
Best Provider for RUO Products
AVIDA Bioscience

Accelerate Your Research