Penyakit celiac adalah gangguan autoimun multisistem yang dipicu oleh konsumsi gluten pada individu yang memiliki varian tertentu gen HLA-DQ2/DQ8 (Kochhar et al., 2016). Gluten adalah protein dalam gandum yang memicu respons abnormal sistem imun. Dampaknya adalah kerusakan vili usus halus, yang kemudian menyebabkan malabsorbsi nutrisi dan gejala sistemik lainnya (Green & Cellier, 2007).
Gluten (terutama gliadin) bersifat resisten terhadap degradasi enzim pencernaan. Fragmen gliadin yang tidak tercerna memicu aktivasi transglutaminase jaringan (tTG). Protein tTG kemudian membentuk kompleks imunogenik dan mengaktivasi limfosit T. Respons ini menyebabkan inflamasi kronis, apoptosis enterosit, dan atrofi vili (Kochhar et al., 2016; Sollid & Lie, 2005).
Tanpa diet bebas gluten, penderita berisiko mengalami:
- Malnutrisi akibat kerusakan usus (defisiensi zat besi, vitamin D, B₁₂).
- Osteoporosis dananemia dari malabsorpsi kronis (Meyer et al., 2001).
- Dermatitis herpetiformis, manifestasi kulit dengan deposit IgA di dermis (Zone et al., 1996).
- Limfoma usus T-sel, komplikasi ganas akibat inflamasi berkepanjangan (Al-Toma et al., 2007).
Diet bebas gluten adalah satu-satunya terapi efektif. Asupan >20 ppm gluten dapat memicu kerusakan mukosa (Catassi et al., 2007). Pemantauan ketat melalui serologi (anti-tTG IgA) dan konsultasi ahli gizi diperlukan untuk mencegah komplikasi refrakter (Rubio-Tapia et al., 2013).
Referensi
Kochhar, G. S. et al. (2016). Celiac disease: Managing a multisystem disorder.Cleveland Clinic Journal of Medicine, 83(3), 217-226.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi tim kami di AVIDA Bioscience!