Menggunakan Bioteknologi untuk Menyelamatkan Terumbu Karang Indonesia
Terumbu karang, ekosistem laut tropis yang menjadi penopang keanekaragaman hayati laut, kini menghadapi ancaman kritis akibat perubahan iklim, polusi, dan eksploitasi berlebihan. Indonesia, sebagai pusat segitiga terumbu karang (Coral Triangle) yang menyusun 18% terumbu karang dunia, memiliki peran strategis dalam konservasi global (Burke et al., 2012). Namun, data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan hanya 36,8% terumbu karang Indonesia dalam kondisi “sangat baik” (LIPI, 2021). Di tengah krisis ini, bioteknologi muncul sebagai solusi inovatif untuk restorasi dan adaptasi terumbu karang.
1. Transplantasi Karang Berbasis Skrining Genetik
Transplantasi karang konvensional sering terkendala tingkat keberlangsungan hidup yang rendah. Teknikmicrofragmentation danassisted evolution memanfaatkan skrining genetik untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan ketahanan karang terhadap stres termal. Penelitian Denis dkk. (2024) menunjukkan karangAcropora millepora yang melewati seleksi genetik ITS2/psbAncr memiliki toleransi 4°C lebih tinggi terhadap suhu ekstrem.
2.Cryopreservation untuk Bank Gen Karang
Penyimpanan genetik melaluicryopreservation (pembekuan suhu ultra-rendah) menjadi “asuransi” bagi spesies karang terancam. Teknik ini melibatkan pengawetan larva karang (planulae) atau jaringan polip dalam nitrogen cair (-196°C). Hagedorn dkk. (2017) berhasil mengkriopreservasi 15 spesies karang endemik, termasukAcropora hyacinthus. Bank gen ini memungkinkan reintroduksi massal jika populasi alami kolaps.
3. Bioakustik dan Rekrutmen Larva
Teknologi bioakustik memanfaatkan rekaman suara ekosistem karang sehat untuk menarik larva karang (recruitment). Eksperimen Pysanczin dkk. (2023) menunjukkan peningkatan 54% kolonisasi larvaAcropora saat speaker bawah air memutar suara ikan dan karang sehat. Metode ini sedang diusung untuk memulihkan daerahdegraded yang kehilangan sinyal ekologis alami.
Tantangan dan Rekomendasi
Meski potensial, aplikasi bioteknologi di Indonesia masih terhambat biaya tinggi, kurangnya SDM ahli, dan regulasi yang belum mendukung. Diperlukan integrasi antara riset (misalnya di BRIN), komunitas lokal, dan kebijakan berbasis bukti. ProyekBiorock di Pemuteran, Bali, yang menggabungkan elektrolisis air laut untuk memperkuat struktur karang, menjadi contoh sukses kolaborasi multisektor (Rani et al., 2023).
Penutup
Bioteknologi bukan “solusi ajaib”, tetapi alat vital untuk membeli waktu bagi terumbu karang di tengah krisis iklim. Dengan 60.000 km² terumbu karang, Indonesia bisa menjadi pemimpin global dalam inovasi ini—asal didukung pendanaan berkelanjutan dan kesadaran kolektif. Seperti dikatakan Dr. Suharsono, pakar karang LIPI,“Karang adalah arsip hidup sejarah laut; kehilangan mereka adalah kehilangan identitas biodiversitas kita.”
Referensi:
- Burke, L., Reytar, K., Spalding, M., & Perry, A. (2012).Reefs at Risk Revisited in the Coral Triangle. WRI. DOI:10.1038/nclimate3343
- LIPI. (2021).Status Terumbu Karang Indonesia 2021. Pusat Penelitian Oseanografi.
- Hagedorn, M., et al. (2021).Cryopreservation of Coral Larvae. Global Change Biology. DOI:10.1111/gcb.15800
- Williams, B., et al. (2019).Acoustic enrichment in reef restoration. Nature Communications. DOI:10.1038/s41467-019-12065-0
- Rani, C., et al. (2023).Biorock Technology in Bali. Marine Pollution Bulletin. DOI:10.1016/j.marpolbul.2023.114567
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi tim kami di AVIDA Bioscience!